Seorang anak tentu saja belajar dari melakukan serangkaian percobaan pada tahap awal petumbuhan seorang anak. Misalnya, usia 1-2 merupakan tahap oral ...hal ini tak mengherankan bila balita usia 2 tahun akan selalau memasukan kemulutnya apapun yang dilihatnya, oleh karena itu perlu perhatian ekstra ortu agar seorang anak tidak asal telan dan melarang seorang anak. Ingatlah seorang anak belajar apapun yang dia lihat dari orang tua dan mencoba memahami dengan cara mereka dan apa yang bisa mereka manfaatkan dari rutinitas orang tua tersebut. Misalnya saja anak belajar untuk meminta barang kepada ibunya karena bila ia minta pada ayah selalu dilarang, tetapi selalu di iyakan oleh sang ibu, begitu juga kebiasan ngompol sang anak yang menjamur karena sang anak merasa tidak dilarang ketika mengompol dan tidak diberi solusi yang cukup baik, bahkan seorang anak juga belajar memperlakukan orang lain juga belajar dari perlakuan ayah or ibu kepada seorang anak atau kepada pasangan itu sendiri atau kepada sahabat diluar. Mereka belajar bersosialisasi pada tahap awal dengan melihat orang tua mereka bersosialisasi dengan orang disekitarnya dan melalui tahap pembiasaan dari ortu.
Inti masalahnya adalah tidak semua orang tua memberikan bekal yang cukup kepada anaknya, hal ini dikarenakan mungkin orang tua tersebut pada masa kecilnya tidak mendapatkan pola pengajaran yang benar, atau orang tua sibuk dengan urusan masing-masing sehingga lupa membesarkan anak2 mereka. Sehingga pada akhirnya seorang anak mengambil peran yang tidak seharusnya mereka lakukan.... ada anak yang menjadi otoriter( menguasai rumah dan membuat kekacuan), ada anak yang menjadi semakin kalem dengan mencoba menengahi konflik dengan apa yang mereka bisa.... anak2 seperti ini akan berkembang selanjutnya menjadi anak2 yang bingung tentang jati dirnya sendiri dan bagaimana mereka bertindak? anak ortoriter mungkin akan terjerumus ke pergaulan yang keras dan membahayakan , sedangkan anak yang kalem akan menjadi anak yang mengucilkan diri dari pergaulan sosial dan mengangap bahwa dunia yang ia tinggal kacau dan menolak untuk keluar dari dunianya sendiri. Tentu saja keduanya sama bururknya tetapi bagaimana mereka memperbaiki pandangan mereka yang salah. Sebenarnya orang tua masih bisa merubahnya kalau memang hal tersebut belum terlambat tetapi bila sang anak sudah meranjak masa remaja , sudah pasti akan sangat sulit hal in dikarenakan masa remaja adalah masa pencarian jati diri( tidak selalu masa remaja..he2 bisa lebih, tetapi umumnya adalah masa remaja 15 thn). Kalau udah lebih satu-satunya cara yah anak tersebutlah yang harus mencoba sendiri mencari bagaimana menjadi orangtua yang baik atau mereka akan menurutkan kebiasaan yang kurang baik tersebut ke keturunan yang berikutnya. Menjadi ornag tua yang baik dan harmonis tentu saja bagi anak yang dibesarkan dalam lingkungan kurang baik adalah hal yang membingungkan, sebab ia tidak pernah melihat contohnya secara konkrit dalam lingkungan di sekitar mereka. Satu-satunya cara adalah mereka harus belajar segala sesuatunya dari awal dan siap menerima rintang2 yang sudah pasti berat, karena kita tidak dibiasakan untuk berbuat demikian, tetapi dibutuhkan hal-hal yang demikian. Kita harus melatih diri sendiri, belajar menghargai dan hormat orang lain...dst tergantung pada tingkat keparahan yang terjadi pada tiap individu. yah yang penting ada jalan untuk kembali ke hal-hal yang lebi baik.
Bagi anak yang dibesarkan pada keluarga yang tidak harmonis maka ia haru belajar sendiri untuk menjadi orang tua yang lebih bijak, karena ia tak pernah diajarkan bagaimana menyelesaikan masalah ke tak harmonisan dan bagaimana seharusnya ia berlaku dalam kehidupan sosial
No comments:
Post a Comment