Cinta sendiri artinya memberi dengan iklas kepada orang yang kita benar sayangi, tanpa mengaharapakan imbalan. Tapi apa yang terjadi pada hubungan ini sungguh unik, wa menemukannya ketika iseng berpikir bahwa sebenarnya adalah proses pendelegasian tugas kepada orang yang bakal jadi pasangan kita, karena tanpa ada dukungan kita bisa saja mudah terjatuh dalam menghadapi berbagai masalah. makanya ketika seseornag beranjak dewasa mereka akan mencari pasangan mereka karena ketika mereka merasa ada yang hilang dalam diri mereka, jadi fungsi pasangan seperti fungsi orang tua kita , sebagai pendukung sekaligus membantu kita klo kita tidak dapat menghadapi masalah tersebut. Tentu saja orang tua tetaplah menjadi ornag yang selalu mendukung kita, tapi ketika beranjak dewasa kita menyadari bahwa orang tua kita juga manusia , kita kadang merasa perlu mandiri supaya tidak menyusahkan orangtua kita yang telah kita buat susah selama kita beranjak dewasa, kita malah merasa wajib membahagiakan mereka. Orang tua kita tidak sekuat dan secakap seperti waktu dulu, jadi kita mencari yang lain yaitu dalam diri pasangan kita. Apalagi dengan sisitem monogami dimana kita cuman dapat memilih satu orang untuk dinikahi. jadi harus benar2 bijak dalam memilih pasangan hidup, sebab kesalahan dapat mempengaruhi jalan hidupmu wkakakakaka.
yang lucu lagi setiap orang ternyata memiliki masa kedewasaan yang cukup berbeda. Kedewasaan ini sebenarnya bukan ditentukan oleh umur tapi lebih ditentukan seberapa besar masalah yang dihadapi dan keberanian seseorang untuk menghadapi masalah tersebut. Jadi tidak aneh bila ada orang yang masih duduk dibangku sma tapi sudah dewasa dan ada orang yang sudah mahasiswa tapi kok blom dewasa. Tentu saja kedewasan ini juga mempengaruhi pola pikir dan presepsi hidup seorang individu tersebut, begitupula dengan yang disebut dengan cinta . Akan berbeda orang yang masih banyak sisi kekanak-kanakannya dengan orang yang lebih dewasa, yang satu mungkin lebih untuk senang2 saja , tapi yang satu mungkin untuk menuju jenjang yang lebih tinggi or nama kerennya pernikahan. jadi inget klo blom waktunya orang tak akan peduli beginian, bahkan cenderung meremehkan.... yah kayak bilang gini deh apa sih enaknya pacaran, kan jadi gak bebas or gimana.... namun klo sudah waktunya ternyata begitu indah wakakkkak... meskipun hanya diangan-angan belaka.
" Dewasa adalah pilihan, tapi menjadi tua itu pasti "
my pets
Saturday, April 25, 2009
Thursday, April 23, 2009
Tabir candu asmara
CINTA bukan perkara hati, rupanya. Asmara itu murni urusan otak, ternyata. Cinta bukan soal perasaan, tapi masalah logika. Sebab cinta (tidak) buta, maka ia bisa dipahami melalui proses berpikir, reaksi-reaksi hormonal, dan pengaruh genetika.
Maka, agaknya keliru bila ekspresi cinta kerap disimbolkan dengan sebentuk hati. Tapi, biarkan sajalah dulu kesalahkaprahan itu, usah buru-buru pula mengubah kebiasaan itu. Simpulan para peneliti cinta itu sekadar mengingatkan, bahwa magma asmara itu di kepala adanya.
Bianca Acevedo, misalnya, pada valentine baru lewat masih bertukar hati dengan kekasihnya. Padahal ahli syaraf asal New York ini, adalah salah satu peneliti yang terlibat aktif menyibak rahasia asmara. Bersama koleganya, Bianca menyimpulkan pengaruh otak ditemukan dalam setiap jenis hubungan cinta.
“Memang, cinta itu merupakan proses biologis. Kami sudah mengindentifikasi beberapa faktor penting yang terlibat di dalamnya,” kata Larry Young dari The Yerkes National Primate Research Center di Emory University, Atlanta. Di tempat ini, ia mempelajari bagaimana cinta bersemi di antara para binatang yang punya struktur biologis “mirip” manusia.
Temuannya menjadi pembanding untuk mendalami masalah serupa pada manusia. Hasilnya? Dalam otak manusia terdapat empat area kecil yang disebut kumparan cinta: ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, ventral pallidum dan raphe nucleus. Bianca, bersama sejawatnya, mendalami sirkuit cinta itu di Albert Einstein College of Medicine.
VTA itu ibarat mesin sensor, bagian dari reward system dalam struktur otak. Area ini akan bereaksi dahsyat dan rasanya melenakan, misalnya, seperti ketika seseorang yang sedang jatuh cinta mendapati gambar pujaan hatinya. Reaksi sama juga terjadi pada VTA orang-orang yang tetap romantis meski sudah puluhan tahun berasyik masyuk.
“VTA merupakan sel-sel yang memproduksi dopamine untuk didistribusikan ke bagian-bagian lain di otak,” kata Helen Fisher, peneliti dan Profesor Rutgers University. “Ketika Anda berusaha atau mendapatkan hadiah terbesar dalam hidup seperti kekasih, system reward itu akan bekerja.”
Jadi, cinta itu adalah proses biologis yang melibatkan zat-zat kimia tubuh. Proses kerja cinta itu mirip kecanduan obat. “Kecanduan itu sangat menggairahkan tatkala cinta berjalan selayaknya. Sebaliknya, ketagihan itu menjadi sangat mengerikan ketika asmara terkoyak-koyak. Orang bisa membunuh atau mati hanya karena cinta,” kata Helen.
Cinta memang selalu diharapkan penuh warna dan berbunga-bunga. Biduk cinta senantiasa dikhayalkan tak menerjang love3badai dan gelombang. Cuma, asmara kerap diserimpung onak dan duri. Asmara sering kandas tak pantas. Dunia, ternyata, tak selalu bisa menjadi milik berdua.
Pada pasangan patah hati atau putus cinta, para peneliti menemukan aktivitas tambahan di nucleus accumbens, area di otak yang terkait dengan kondisi kecanduan atau ketagihan itu. “Mirip sekali dengan kecanduan pada obat-obatan,” kata Lucy Brown, ahli syaraf di Albert Einstein College of Medicine.
Sementara itu, pada pasangan yang sudah berkawin selama 20 tahun, selalu bergandengan tangan, dan bermanja-ria layaknya pasangan baru, para peneliti mendapatkan kegiatan lain di sirkuit cinta mereka. Selain VTA, area ventral pallidum dan raphe nucleus otak pasangan romantis ini juga sangat aktif.
“Ventral pallidum terhubung dengan hormon pereda ketegangan atau stress, sedangkan raphe nucleus mengeluarkan serotonin yang memberi efek tenang pada seseorang,” kata Helen. “Kedua area itu merangsang munculnya sejenis perasaan tak bersalah. Ini adalah level kegembiraan paling rendah,” Lucy menambahkan.
Temuan terbaru ini mungkin akan mengubah paradigma ihwal cinta. Tapi, para peneliti asmara menegaskan, maksud mereka sekadar memahami bekerjanya proses percintaan. Selebihnya, tentu saja, bisa diaplikasikan untuk keperluan-keperluan praktis.
Tujuan besar penelitian Larry misalnya, adalah untuk memahami dan mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan-persoalan interaksi sosial seperti autis dan lainnya. Adapun studi Helen dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang tertarik pada yang lainnya, khususnya dengan merebaknya situs interaksi sosial di dunia maya.
Tapi, menurut Profesor Psikologi University of Hawaii, Elaine Hatfield, temuan penelitian sirkuit cinta masih terbuka untuk diperdebatkan. Maka ia menyarankan, temuan ini masih harus disandingkan dengan temuan-temuan penelitian dari studi psikologi tradisional.
Kritik Elaine tak keliru. Tapi, peneliti otak juga punya argumentasi. Misalnya, inginnya mereka meneliti kumparan cinta pada otak manusia secara langsung. Namun, apa daya, keinginan itu mustahil dilakukan. Walhasil, meski mereka menggunakan binatang sebagai obyek studi, hasilnya tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya, mengapa Larry meneliti vole –sejenis tikus— tentu bukan tanpa alasan. Katanya, hanya sekitar lima persen mamalia yang menjalin “cinta” di antara mereka dalam hidupnya. “Tapi vole melakukannya,” kata Larry. Hubungan itu dirangsang oleh hormon-hormon tertentu yang juga sama dengan hormon yang dimiliki manusia.
Pada vole betina, hormon perangsang percintaan itu disebut oxytocin. Sedangkan pada vole jantan disebut vasopressin. Hormon itu diproduksi oleh vole pada saat kecil dan oleh manusia pada waktu kanak-kanak. Ketika oxytocin atau vasopressin dihambat atau dihentikan, vole tidak menjalin ‘hubungan’ dengan lawan jenisnya.
Ringkasnya, kata Larry, secara teoritis gairah cinta itu dapat terus dipelihara. Jika tidak melanggar etika atau kode etik tertentu, menggunakan obat perangsang bisa menjadi alternatif. Tapi, secara alamiah, berangkulan, berpelukan, saling bercumbu juga dapat menggelorakan gelegak asmara.
“Istri saya mengatakan, bunga juga bisa membangkitkan asmara. Sebagai ilmuwan, saya sulit mencernanya bagaimana mungkin bunga mampu menstimuli sirkuit cinta,” kata Larry. “Tapi, saya membuktikan sendiri. Bunga memang punya pengaruh besar. Begitu sebaliknya.”
Featuring Movies, Music, Sports, Television, and Lifestyle Articles
Tabir Candu Asmara
with one comment
love-monsta1CINTA bukan perkara hati, rupanya. Asmara itu murni urusan otak, ternyata. Cinta bukan soal perasaan, tapi masalah logika. Sebab cinta (tidak) buta, maka ia bisa dipahami melalui proses berpikir, reaksi-reaksi hormonal, dan pengaruh genetika.
Maka, agaknya keliru bila ekspresi cinta kerap disimbolkan dengan sebentuk hati. Tapi, biarkan sajalah dulu kesalahkaprahan itu, usah buru-buru pula mengubah kebiasaan itu. Simpulan para peneliti cinta itu sekadar mengingatkan, bahwa magma asmara itu di kepala adanya.
Bianca Acevedo, misalnya, pada valentine baru lewat masih bertukar hati dengan kekasihnya. Padahal ahli syaraf asal New York ini, adalah salah satu peneliti yang terlibat aktif menyibak rahasia asmara. Bersama koleganya, Bianca menyimpulkan pengaruh otak ditemukan dalam setiap jenis hubungan cinta.
“Memang, cinta itu merupakan proses biologis. Kami sudah mengindentifikasi beberapa faktor penting yang terlibat di dalamnya,” kata Larry Young dari The Yerkes National Primate Research Center di Emory University, Atlanta. Di tempat ini, ia mempelajari bagaimana cinta bersemi di antara para binatang yang punya struktur biologis “mirip” manusia.
Temuannya menjadi pembanding untuk mendalami masalah serupa pada manusia. Hasilnya? Dalam otak manusia terdapat empat area kecil yang disebut kumparan cinta: ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, ventral pallidum dan raphe nucleus. Bianca, bersama sejawatnya, mendalami sirkuit cinta itu di Albert Einstein College of Medicine.
VTA itu ibarat mesin sensor, bagian dari reward system dalam struktur otak. Area ini akan bereaksi dahsyat dan rasanya melenakan, misalnya, seperti ketika seseorang yang sedang jatuh cinta mendapati gambar pujaan hatinya. Reaksi sama juga terjadi pada VTA orang-orang yang tetap romantis meski sudah puluhan tahun berasyik masyuk.
“VTA merupakan sel-sel yang memproduksi dopamine untuk didistribusikan ke bagian-bagian lain di otak,” kata Helen Fisher, peneliti dan Profesor Rutgers University. “Ketika Anda berusaha atau mendapatkan hadiah terbesar dalam hidup seperti kekasih, system reward itu akan bekerja.”
Jadi, cinta itu adalah proses biologis yang melibatkan zat-zat kimia tubuh. Proses kerja cinta itu mirip kecanduan obat. “Kecanduan itu sangat menggairahkan tatkala cinta berjalan selayaknya. Sebaliknya, ketagihan itu menjadi sangat mengerikan ketika asmara terkoyak-koyak. Orang bisa membunuh atau mati hanya karena cinta,” kata Helen.
Cinta memang selalu diharapkan penuh warna dan berbunga-bunga. Biduk cinta senantiasa dikhayalkan tak menerjang love3badai dan gelombang. Cuma, asmara kerap diserimpung onak dan duri. Asmara sering kandas tak pantas. Dunia, ternyata, tak selalu bisa menjadi milik berdua.
Pada pasangan patah hati atau putus cinta, para peneliti menemukan aktivitas tambahan di nucleus accumbens, area di otak yang terkait dengan kondisi kecanduan atau ketagihan itu. “Mirip sekali dengan kecanduan pada obat-obatan,” kata Lucy Brown, ahli syaraf di Albert Einstein College of Medicine.
Sementara itu, pada pasangan yang sudah berkawin selama 20 tahun, selalu bergandengan tangan, dan bermanja-ria layaknya pasangan baru, para peneliti mendapatkan kegiatan lain di sirkuit cinta mereka. Selain VTA, area ventral pallidum dan raphe nucleus otak pasangan romantis ini juga sangat aktif.
“Ventral pallidum terhubung dengan hormon pereda ketegangan atau stress, sedangkan raphe nucleus mengeluarkan serotonin yang memberi efek tenang pada seseorang,” kata Helen. “Kedua area itu merangsang munculnya sejenis perasaan tak bersalah. Ini adalah level kegembiraan paling rendah,” Lucy menambahkan.
Temuan terbaru ini mungkin akan mengubah paradigma ihwal cinta. Tapi, para peneliti asmara menegaskan, maksud mereka sekadar memahami bekerjanya proses percintaan. Selebihnya, tentu saja, bisa diaplikasikan untuk keperluan-keperluan praktis.
Tujuan besar penelitian Larry misalnya, adalah untuk memahami dan mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan-persoalan interaksi sosial seperti autis dan lainnya. Adapun studi Helen dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang tertarik pada yang lainnya, khususnya dengan merebaknya situs interaksi sosial di dunia maya.
Tapi, menurut Profesor Psikologi University of Hawaii, Elaine Hatfield, temuan penelitian sirkuit cinta masih terbuka untuk diperdebatkan. Maka ia menyarankan, temuan ini masih harus disandingkan dengan temuan-temuan penelitian dari studi psikologi tradisional.
Kritik Elaine tak keliru. Tapi, peneliti otak juga punya argumentasi. Misalnya, inginnya mereka meneliti kumparan cinta pada otak manusia secara langsung. Namun, apa daya, keinginan itu mustahil dilakukan. Walhasil, meski mereka menggunakan binatang sebagai obyek studi, hasilnya tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya, mengapa Larry meneliti vole –sejenis tikus— tentu bukan tanpa alasan. Katanya, hanya sekitar lima persen mamalia yang menjalin “cinta” di antara mereka dalam hidupnya. “Tapi vole melakukannya,” kata Larry. Hubungan itu dirangsang oleh hormon-hormon tertentu yang juga sama dengan hormon yang dimiliki manusia.
Pada vole betina, hormon perangsang percintaan itu disebut oxytocin. Sedangkan pada vole jantan disebut vasopressin. Hormon itu diproduksi oleh vole pada saat kecil dan oleh manusia pada waktu kanak-kanak. Ketika oxytocin atau vasopressin dihambat atau dihentikan, vole tidak menjalin ‘hubungan’ dengan lawan jenisnya.
Ringkasnya, kata Larry, secara teoritis gairah cinta itu dapat terus dipelihara. Jika tidak melanggar etika atau kode etik tertentu, menggunakan obat perangsang bisa menjadi alternatif. Tapi, secara alamiah, berangkulan, berpelukan, saling bercumbu juga dapat menggelorakan gelegak asmara.
“Istri saya mengatakan, bunga juga bisa membangkitkan asmara. Sebagai ilmuwan, saya sulit mencernanya bagaimana mungkin bunga mampu menstimuli sirkuit cinta,” kata Larry. “Tapi, saya membuktikan sendiri. Bunga memang punya pengaruh besar. Begitu sebaliknya.”
Sumber: AP (naskah); lovingyou.com, diambil langsung dari web ini
Maka, agaknya keliru bila ekspresi cinta kerap disimbolkan dengan sebentuk hati. Tapi, biarkan sajalah dulu kesalahkaprahan itu, usah buru-buru pula mengubah kebiasaan itu. Simpulan para peneliti cinta itu sekadar mengingatkan, bahwa magma asmara itu di kepala adanya.
Bianca Acevedo, misalnya, pada valentine baru lewat masih bertukar hati dengan kekasihnya. Padahal ahli syaraf asal New York ini, adalah salah satu peneliti yang terlibat aktif menyibak rahasia asmara. Bersama koleganya, Bianca menyimpulkan pengaruh otak ditemukan dalam setiap jenis hubungan cinta.
“Memang, cinta itu merupakan proses biologis. Kami sudah mengindentifikasi beberapa faktor penting yang terlibat di dalamnya,” kata Larry Young dari The Yerkes National Primate Research Center di Emory University, Atlanta. Di tempat ini, ia mempelajari bagaimana cinta bersemi di antara para binatang yang punya struktur biologis “mirip” manusia.
Temuannya menjadi pembanding untuk mendalami masalah serupa pada manusia. Hasilnya? Dalam otak manusia terdapat empat area kecil yang disebut kumparan cinta: ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, ventral pallidum dan raphe nucleus. Bianca, bersama sejawatnya, mendalami sirkuit cinta itu di Albert Einstein College of Medicine.
VTA itu ibarat mesin sensor, bagian dari reward system dalam struktur otak. Area ini akan bereaksi dahsyat dan rasanya melenakan, misalnya, seperti ketika seseorang yang sedang jatuh cinta mendapati gambar pujaan hatinya. Reaksi sama juga terjadi pada VTA orang-orang yang tetap romantis meski sudah puluhan tahun berasyik masyuk.
“VTA merupakan sel-sel yang memproduksi dopamine untuk didistribusikan ke bagian-bagian lain di otak,” kata Helen Fisher, peneliti dan Profesor Rutgers University. “Ketika Anda berusaha atau mendapatkan hadiah terbesar dalam hidup seperti kekasih, system reward itu akan bekerja.”
Jadi, cinta itu adalah proses biologis yang melibatkan zat-zat kimia tubuh. Proses kerja cinta itu mirip kecanduan obat. “Kecanduan itu sangat menggairahkan tatkala cinta berjalan selayaknya. Sebaliknya, ketagihan itu menjadi sangat mengerikan ketika asmara terkoyak-koyak. Orang bisa membunuh atau mati hanya karena cinta,” kata Helen.
Cinta memang selalu diharapkan penuh warna dan berbunga-bunga. Biduk cinta senantiasa dikhayalkan tak menerjang love3badai dan gelombang. Cuma, asmara kerap diserimpung onak dan duri. Asmara sering kandas tak pantas. Dunia, ternyata, tak selalu bisa menjadi milik berdua.
Pada pasangan patah hati atau putus cinta, para peneliti menemukan aktivitas tambahan di nucleus accumbens, area di otak yang terkait dengan kondisi kecanduan atau ketagihan itu. “Mirip sekali dengan kecanduan pada obat-obatan,” kata Lucy Brown, ahli syaraf di Albert Einstein College of Medicine.
Sementara itu, pada pasangan yang sudah berkawin selama 20 tahun, selalu bergandengan tangan, dan bermanja-ria layaknya pasangan baru, para peneliti mendapatkan kegiatan lain di sirkuit cinta mereka. Selain VTA, area ventral pallidum dan raphe nucleus otak pasangan romantis ini juga sangat aktif.
“Ventral pallidum terhubung dengan hormon pereda ketegangan atau stress, sedangkan raphe nucleus mengeluarkan serotonin yang memberi efek tenang pada seseorang,” kata Helen. “Kedua area itu merangsang munculnya sejenis perasaan tak bersalah. Ini adalah level kegembiraan paling rendah,” Lucy menambahkan.
Temuan terbaru ini mungkin akan mengubah paradigma ihwal cinta. Tapi, para peneliti asmara menegaskan, maksud mereka sekadar memahami bekerjanya proses percintaan. Selebihnya, tentu saja, bisa diaplikasikan untuk keperluan-keperluan praktis.
Tujuan besar penelitian Larry misalnya, adalah untuk memahami dan mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan-persoalan interaksi sosial seperti autis dan lainnya. Adapun studi Helen dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang tertarik pada yang lainnya, khususnya dengan merebaknya situs interaksi sosial di dunia maya.
Tapi, menurut Profesor Psikologi University of Hawaii, Elaine Hatfield, temuan penelitian sirkuit cinta masih terbuka untuk diperdebatkan. Maka ia menyarankan, temuan ini masih harus disandingkan dengan temuan-temuan penelitian dari studi psikologi tradisional.
Kritik Elaine tak keliru. Tapi, peneliti otak juga punya argumentasi. Misalnya, inginnya mereka meneliti kumparan cinta pada otak manusia secara langsung. Namun, apa daya, keinginan itu mustahil dilakukan. Walhasil, meski mereka menggunakan binatang sebagai obyek studi, hasilnya tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya, mengapa Larry meneliti vole –sejenis tikus— tentu bukan tanpa alasan. Katanya, hanya sekitar lima persen mamalia yang menjalin “cinta” di antara mereka dalam hidupnya. “Tapi vole melakukannya,” kata Larry. Hubungan itu dirangsang oleh hormon-hormon tertentu yang juga sama dengan hormon yang dimiliki manusia.
Pada vole betina, hormon perangsang percintaan itu disebut oxytocin. Sedangkan pada vole jantan disebut vasopressin. Hormon itu diproduksi oleh vole pada saat kecil dan oleh manusia pada waktu kanak-kanak. Ketika oxytocin atau vasopressin dihambat atau dihentikan, vole tidak menjalin ‘hubungan’ dengan lawan jenisnya.
Ringkasnya, kata Larry, secara teoritis gairah cinta itu dapat terus dipelihara. Jika tidak melanggar etika atau kode etik tertentu, menggunakan obat perangsang bisa menjadi alternatif. Tapi, secara alamiah, berangkulan, berpelukan, saling bercumbu juga dapat menggelorakan gelegak asmara.
“Istri saya mengatakan, bunga juga bisa membangkitkan asmara. Sebagai ilmuwan, saya sulit mencernanya bagaimana mungkin bunga mampu menstimuli sirkuit cinta,” kata Larry. “Tapi, saya membuktikan sendiri. Bunga memang punya pengaruh besar. Begitu sebaliknya.”
Featuring Movies, Music, Sports, Television, and Lifestyle Articles
Tabir Candu Asmara
with one comment
love-monsta1CINTA bukan perkara hati, rupanya. Asmara itu murni urusan otak, ternyata. Cinta bukan soal perasaan, tapi masalah logika. Sebab cinta (tidak) buta, maka ia bisa dipahami melalui proses berpikir, reaksi-reaksi hormonal, dan pengaruh genetika.
Maka, agaknya keliru bila ekspresi cinta kerap disimbolkan dengan sebentuk hati. Tapi, biarkan sajalah dulu kesalahkaprahan itu, usah buru-buru pula mengubah kebiasaan itu. Simpulan para peneliti cinta itu sekadar mengingatkan, bahwa magma asmara itu di kepala adanya.
Bianca Acevedo, misalnya, pada valentine baru lewat masih bertukar hati dengan kekasihnya. Padahal ahli syaraf asal New York ini, adalah salah satu peneliti yang terlibat aktif menyibak rahasia asmara. Bersama koleganya, Bianca menyimpulkan pengaruh otak ditemukan dalam setiap jenis hubungan cinta.
“Memang, cinta itu merupakan proses biologis. Kami sudah mengindentifikasi beberapa faktor penting yang terlibat di dalamnya,” kata Larry Young dari The Yerkes National Primate Research Center di Emory University, Atlanta. Di tempat ini, ia mempelajari bagaimana cinta bersemi di antara para binatang yang punya struktur biologis “mirip” manusia.
Temuannya menjadi pembanding untuk mendalami masalah serupa pada manusia. Hasilnya? Dalam otak manusia terdapat empat area kecil yang disebut kumparan cinta: ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, ventral pallidum dan raphe nucleus. Bianca, bersama sejawatnya, mendalami sirkuit cinta itu di Albert Einstein College of Medicine.
VTA itu ibarat mesin sensor, bagian dari reward system dalam struktur otak. Area ini akan bereaksi dahsyat dan rasanya melenakan, misalnya, seperti ketika seseorang yang sedang jatuh cinta mendapati gambar pujaan hatinya. Reaksi sama juga terjadi pada VTA orang-orang yang tetap romantis meski sudah puluhan tahun berasyik masyuk.
“VTA merupakan sel-sel yang memproduksi dopamine untuk didistribusikan ke bagian-bagian lain di otak,” kata Helen Fisher, peneliti dan Profesor Rutgers University. “Ketika Anda berusaha atau mendapatkan hadiah terbesar dalam hidup seperti kekasih, system reward itu akan bekerja.”
Jadi, cinta itu adalah proses biologis yang melibatkan zat-zat kimia tubuh. Proses kerja cinta itu mirip kecanduan obat. “Kecanduan itu sangat menggairahkan tatkala cinta berjalan selayaknya. Sebaliknya, ketagihan itu menjadi sangat mengerikan ketika asmara terkoyak-koyak. Orang bisa membunuh atau mati hanya karena cinta,” kata Helen.
Cinta memang selalu diharapkan penuh warna dan berbunga-bunga. Biduk cinta senantiasa dikhayalkan tak menerjang love3badai dan gelombang. Cuma, asmara kerap diserimpung onak dan duri. Asmara sering kandas tak pantas. Dunia, ternyata, tak selalu bisa menjadi milik berdua.
Pada pasangan patah hati atau putus cinta, para peneliti menemukan aktivitas tambahan di nucleus accumbens, area di otak yang terkait dengan kondisi kecanduan atau ketagihan itu. “Mirip sekali dengan kecanduan pada obat-obatan,” kata Lucy Brown, ahli syaraf di Albert Einstein College of Medicine.
Sementara itu, pada pasangan yang sudah berkawin selama 20 tahun, selalu bergandengan tangan, dan bermanja-ria layaknya pasangan baru, para peneliti mendapatkan kegiatan lain di sirkuit cinta mereka. Selain VTA, area ventral pallidum dan raphe nucleus otak pasangan romantis ini juga sangat aktif.
“Ventral pallidum terhubung dengan hormon pereda ketegangan atau stress, sedangkan raphe nucleus mengeluarkan serotonin yang memberi efek tenang pada seseorang,” kata Helen. “Kedua area itu merangsang munculnya sejenis perasaan tak bersalah. Ini adalah level kegembiraan paling rendah,” Lucy menambahkan.
Temuan terbaru ini mungkin akan mengubah paradigma ihwal cinta. Tapi, para peneliti asmara menegaskan, maksud mereka sekadar memahami bekerjanya proses percintaan. Selebihnya, tentu saja, bisa diaplikasikan untuk keperluan-keperluan praktis.
Tujuan besar penelitian Larry misalnya, adalah untuk memahami dan mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan-persoalan interaksi sosial seperti autis dan lainnya. Adapun studi Helen dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang tertarik pada yang lainnya, khususnya dengan merebaknya situs interaksi sosial di dunia maya.
Tapi, menurut Profesor Psikologi University of Hawaii, Elaine Hatfield, temuan penelitian sirkuit cinta masih terbuka untuk diperdebatkan. Maka ia menyarankan, temuan ini masih harus disandingkan dengan temuan-temuan penelitian dari studi psikologi tradisional.
Kritik Elaine tak keliru. Tapi, peneliti otak juga punya argumentasi. Misalnya, inginnya mereka meneliti kumparan cinta pada otak manusia secara langsung. Namun, apa daya, keinginan itu mustahil dilakukan. Walhasil, meski mereka menggunakan binatang sebagai obyek studi, hasilnya tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Misalnya, mengapa Larry meneliti vole –sejenis tikus— tentu bukan tanpa alasan. Katanya, hanya sekitar lima persen mamalia yang menjalin “cinta” di antara mereka dalam hidupnya. “Tapi vole melakukannya,” kata Larry. Hubungan itu dirangsang oleh hormon-hormon tertentu yang juga sama dengan hormon yang dimiliki manusia.
Pada vole betina, hormon perangsang percintaan itu disebut oxytocin. Sedangkan pada vole jantan disebut vasopressin. Hormon itu diproduksi oleh vole pada saat kecil dan oleh manusia pada waktu kanak-kanak. Ketika oxytocin atau vasopressin dihambat atau dihentikan, vole tidak menjalin ‘hubungan’ dengan lawan jenisnya.
Ringkasnya, kata Larry, secara teoritis gairah cinta itu dapat terus dipelihara. Jika tidak melanggar etika atau kode etik tertentu, menggunakan obat perangsang bisa menjadi alternatif. Tapi, secara alamiah, berangkulan, berpelukan, saling bercumbu juga dapat menggelorakan gelegak asmara.
“Istri saya mengatakan, bunga juga bisa membangkitkan asmara. Sebagai ilmuwan, saya sulit mencernanya bagaimana mungkin bunga mampu menstimuli sirkuit cinta,” kata Larry. “Tapi, saya membuktikan sendiri. Bunga memang punya pengaruh besar. Begitu sebaliknya.”
Sumber: AP (naskah); lovingyou.com, diambil langsung dari web ini
Tuesday, April 21, 2009
My live is music
mungkin banyak temenku bertanya kenapa juga bawa harmonika kemana2 .... wakakakak itu sih cuman sebagai tanda klo wa suka musik dan klo ada waktu ngangur sih wa paling gak isa latihan main harmonika gitu ketimbang melakukan hal lain.
Wkakakak jadi inget pertama kali wa suka musik, mungkin emang dari kecil suka nyanyi juga sih wkakaaka... lagu yang paling terkenang sampai sekrang tuh lagunya to liong to( pedang pembunuh naga...yang openingnya tapi). Yah gara2 wa ikut pembinaan katolit dan sekolahanku kan sekolah katolit juga jadi ada kayak giliran gitu tiap jumat pertama tiap sekolah untuk ngadai koor, yah jadilah ikut paduan suara deh, abis yang diwajibin ikut cuman katolit aja yah ikut, eh gak taunya wa menikmati banget bahkan mbolos pelajaranpun gak kerasa ada beban,dan lagian karena sering kali buat latihan wa jadinya hapal diluar kepala lagu yang dinyanyiin. jadi tanpa liat teks wa isa tau lagunya kayak gimana, tapi satu masalahku sampai sekarang wa gak isa mbaca nada, klo mainin dan nyari nada isa, tapi klo mbaca buta deh, klo suruh ndenger isalah... abis tiap hari wa pasti denger lagu wakakakakaka..... Bahkan ada beberapa lagu yang nadanya masih inget sampai sekarang padahal wa udah lama gak ikut koor, wa terakhir koor smp... sma vakum apalagi kuliah wa gak ikut ukm wakakakaakk.Penegen sih ikut UKM tapi ada tesnya jadi minder abis wa klo didepan juri suaraku seketika itu vales wakakakakakaka.
Kesukaan ku terhadap musik terbukti soale klo lagi ngangur or lagi sendirian wa selalu nyanyi untuk menenangkan diri or menyenangkan diri wakkakaka... or lagi bersedih juga kadang nyanyi wakakakakaka. Apalagi setelah sma kelas 2 wa denger ada orang main harmonika jadi pengen main deh dan akhirnya dibeliin harmonika,dan belajar ndiri cara mainnya... tapi amat disayangkan nadanya gak selengakp keyboard jadi kadang ada yagn miss gitu wakakakakaka. Jadi lengkap lah sudah klo gak nyanyi ya latihan harmonika deh wakkakaakakaka . lagi komit mbesarin diafragma ama latihan laval biar klo nyanyi suaranya bening ... kayak air wkakkakaaaa.. Akhirnya kesampaian deh buat lagu wakkakaka tapi blom wa realisasikan dalam not tapi kira2nya lagunya ama liriknya udah ada wakakakakaa... song is fun but for me it's more than that it reflection of my felling.... song is my first love. liriknya sih wa ambil dari puisi yang wa buat tapi gak wa publish wakakakaka.... terlalu berbahaya dan terlalu pilu wkakakakakakaa....wkakakakakakaka
Wkakakak jadi inget pertama kali wa suka musik, mungkin emang dari kecil suka nyanyi juga sih wkakaaka... lagu yang paling terkenang sampai sekrang tuh lagunya to liong to( pedang pembunuh naga...yang openingnya tapi). Yah gara2 wa ikut pembinaan katolit dan sekolahanku kan sekolah katolit juga jadi ada kayak giliran gitu tiap jumat pertama tiap sekolah untuk ngadai koor, yah jadilah ikut paduan suara deh, abis yang diwajibin ikut cuman katolit aja yah ikut, eh gak taunya wa menikmati banget bahkan mbolos pelajaranpun gak kerasa ada beban,dan lagian karena sering kali buat latihan wa jadinya hapal diluar kepala lagu yang dinyanyiin. jadi tanpa liat teks wa isa tau lagunya kayak gimana, tapi satu masalahku sampai sekarang wa gak isa mbaca nada, klo mainin dan nyari nada isa, tapi klo mbaca buta deh, klo suruh ndenger isalah... abis tiap hari wa pasti denger lagu wakakakakaka..... Bahkan ada beberapa lagu yang nadanya masih inget sampai sekarang padahal wa udah lama gak ikut koor, wa terakhir koor smp... sma vakum apalagi kuliah wa gak ikut ukm wakakakaakk.Penegen sih ikut UKM tapi ada tesnya jadi minder abis wa klo didepan juri suaraku seketika itu vales wakakakakakaka.
Kesukaan ku terhadap musik terbukti soale klo lagi ngangur or lagi sendirian wa selalu nyanyi untuk menenangkan diri or menyenangkan diri wakkakaka... or lagi bersedih juga kadang nyanyi wakakakakaka. Apalagi setelah sma kelas 2 wa denger ada orang main harmonika jadi pengen main deh dan akhirnya dibeliin harmonika,dan belajar ndiri cara mainnya... tapi amat disayangkan nadanya gak selengakp keyboard jadi kadang ada yagn miss gitu wakakakakaka. Jadi lengkap lah sudah klo gak nyanyi ya latihan harmonika deh wakkakaakakaka . lagi komit mbesarin diafragma ama latihan laval biar klo nyanyi suaranya bening ... kayak air wkakkakaaaa.. Akhirnya kesampaian deh buat lagu wakkakaka tapi blom wa realisasikan dalam not tapi kira2nya lagunya ama liriknya udah ada wakakakakaa... song is fun but for me it's more than that it reflection of my felling.... song is my first love. liriknya sih wa ambil dari puisi yang wa buat tapi gak wa publish wakakakaka.... terlalu berbahaya dan terlalu pilu wkakakakakakaa....wkakakakakakaka
Sunday, April 19, 2009
tips kecnduan seks
Orang bijak sering mengatakan, hal apapun jika terlalu berlebihan adalah buruk akibatnya. Bagaimana dengan tindak dan aktivitas seksual? Apakah orang yang sangat kecanduan seks juga buruk akibatnya. Mungkin ada yang mengatakan Iya adapula yang membantahnya. Tak perlu diperdebatkan, tapi simak informasi berikut tentang masalah kecanduan seks ini.
Apa itu kecanduan seks?
Para ahli menyimpulkan bahwa kecanduan seksual adalah aktifitas seksual yang kemudian menjadi tak terkontrol. Kecanduan terhadap seks memaksa si 'penderita' untuk selalu mencari peluang dan bisa berhubungan seksual tiap saat, yang bisa berpengaruh terhadap diri sendiri, hubungan sosial dan lingkup pekerjaan.
Bagi Pria pecandu seks, hal ini dapat mendatangkan ‘malapetaka’ bagi dirinya sendiri, apalagi bila tidak disertai pikiran yang dewasa. Masalahnya pecandu seks umumnya merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Kebanyakan dari Pecandu seks akan menyangkal jika ada yang mengatakan dirinya bermasalah. Alasan yang ‘pintar’pun kerap terucap dari pecandu seks, jika pada mereka ditanyakan alasan mengapa baginya seks adalah segalanya.
Kecanduan seks bentuknya bisa macam-macam, tapi pada umumnya berupa perilaku di luar kontrol. Perilaku tersebut misalnya :
- Menyukai hal-hal berbau pornografi secara berlebihan
- Ekshibisionis dan sejenisnya
- Terlalu sering masturbasi
- Suka Telepon atau internet seks
- Affair yang dilakukan dengan banyak orang
- Seks beresiko (high risk sex)
Seks dapat menjadi satu 'ketergantungan' sama halnya saat Anda tergantung pada alkohol dan minuman keras lainnya. Selama melakukan hubungan seks, tubuh kita menghasilkan satu reaksi kimia yang membuat kita merasa 'nyaman' dan tenang.
Beberapa orang menjadi kecanduan terhadap 'khasiat' dari reaksi kimia ini dan menjadi terobsesi untuk selalu mendapatkan sensasi seks yang lebih tinggi lagi. Dan tubuhpun terbiasa dengan reaksi kimia ini, sehingga para 'pecandu' itu selalu berusaha untuk mempertahankan kegiatan seksualnya, agar mendapatkan 'kondisi' yang telah terbiasa itu.
Bedanya pecandu seks dan penikmat seks, pecandu seringkali tidak peduli jika dirinya dalam bahaya saat ingin melakukan aksi seksualnya. Penikmat seks masih bisa berpikir ‘lurus’ dan mundur jika aksi seksualnya akan mendatangkan bahaya atau malu, baik pada dirinya ataupun pada pasangannya. Sedangkan pecandu akan jalan terus dan tidak peduli dengan konsekuensinya.
Sekitar 2-6 persen dari jumlah populasi penduduk dunia mengalami kecanduan seksual. Tapi bisa jadi kenyataannya lebih besar dari jumlah itu, mengingat para pencandu biasanya malu untuk mengakui keadaan dirinya dan tak punya keberanian mengunjungi dokter untuk mencari bantuan.
Batasan untuk yang mengidap ketagihan seks ini pun tidak terbatas usia, pekerjaan dan jenis kelamin. Sejak penggunaan internet semakin meluas, dimana layanan jasa berbau seks semakin murah dan mudah, para ahli memperkirakan para penderita pecandu seks semakin bertambah jumlahnya.
Dr. Patrick Carnes, salah satu ahli di bidang perlaku penyimpangan dan kecanduan seksual, mengatakan bahwa ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai tentang kecanduan seksual, yakni:
1. Merasa bahwa tindakan Anda mulai tak terkontrol
2. Kecenderungan untuk melakukan aktifitas seksual yang merusak / beresiko tinggi
4. Suka berfantasi seksual untuk memenuhi keinginan seksual yang tak bisa tercapai
5. Merasa tak mampu untuk menghentikan sikap kita, walaupun tahu tentang segala konsekuensi atas tindakan Anda tersebut
6. Selalu menginginkan aktifitas seksual yang lebih, minimal seperti yang pernah didapatnya atau malah lebih dari itu
7. Lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk memenuhi keinginan seksual dan segala hal seputar aktifitas seksual
8.. Lebih mementingkan aktifitas seksual diatas kebutuhan untuk bersosialisasi, urusan pekerjaan dan hiburan yang lainnya.
9. Selalu ingin melakukan hal-hal yang berbau seksual
Bagaimana Mengatasi
Jika Anda merasa memiliki perilaku seperti disebutkan di atas, yang pertama harus disadari adalah kecanduan seksual adalah masalah serius yang tidak akan hilang dengan sendirinya. Anda harus mendapatkan pengobatan atau terapi untuk menyembuhkannya.
Kebanyakan penderita merasa kesulitan untuk mengubah perilakunya sendiri. Anda mungkin bisa mengurangi kegiatan seksual untuk sementara, tetapi biasanya siklusnya akan semakin sering dan sulit untuk diputus. Jasa terapi dari para profesional bisa membantu Anda memahami apa yang terjadi dan menguatkan semangat Anda untuk mengubahnya menjadi kehidupan seksual yang lebih sehat.
Mengobati kecanduan seks, seperti kecanduan lainnya, sangat tergantung dari orang bersangkutan. Jika ia bisa menyadari bahwa perbuatannya salah dan ada kemauan untuk mengubahnya, pengobatan menjadi lebih mudah. Proses pengobatan bisa berupa serangkaian terapi mengenai kesehatan seksual, hubungan cinta yang sehat, pernikahan, atau mengikuti program support group. Terkadang obat-obatan tertentu, seperti Prozac atau Anafranil, diperlukan untuk menahan dorongan seksual yang berlebihan.
Jika pasangan Anda mengalami kecanduan seksual, hal ini adalah tantangan untuk Anda untuk membantunya mengubah perilakunya. Perlu Anda sadari juga bahwa tidak ada seorang pun yang bisa sembuh dari rasa ketagihan kecuali ia menerima bahwa dirinya punya masalah dan bertekad untuk berubah. Memiliki pasangan yang kecanduan seks memang berat dan membingungkan, tetapi bukan tak mungkin hal ini disembuhkan. Anda hanya perlu mendorongnya untuk berkonsultasi ke dokter.
btw karen gak ada linknya wa kasih link yang wa ambil aja yah sory http://www.indomp3z.us/archive/index.php/t-88816.html wkakakaka buat para pecandu lainnya yang setipe ama aku selamat berjuang , wa tau kok rasanya berat tapi dicoba dulu gak ada salahnya ngontrol diri, apalgi yang satu ini percaya deh klo udah lama bakal lebih gampang kok ngontrolnya kata orang jadi lebih ekspert yah....wakakakaka.... dan kesadarannya nanti bakal lebih seger...wakakakaka.... tapi gak tau lagi klo lari di sepupunya nih kecanduan namanya kecanduan romantisme .... no comment dah wakkaakakaka. Yah tau ndirilah terapis itu gak murah gak ada salahnya mencoba berkomitment dengan diri sendiri dan mencoba membatasi akses ke hal2 kayak gitu, buat pikiran kamu sibuk, lama2 juga gak kepikiran mungkin 2-5 hari awal hari berat tapi jangan kalah hanya dengan keinginan sesaat deh wkakakaaka.... coba cari apa yang salah dengan anda dan penuhilah kebutuhan anda yang kurang tersebut supaya anda tidak lari lagi kesini wkakkaakaka. Klo dipikir kecanduan romantisme jelas beda dengan kecanduan seks pada kecanduan seks akan menimbulkan rasa tenang dan nyaman.... yah klo wa alami sih kayak otak itu tiba2 jernih gitu padahal semenit sebelumnya stress abis, tapi pada kecanduan cinta kita merasakan rasa senang yang berlebih gitu , kayak meluap2 sih itu yang wa liat.
ada link nih isa jadi refrensi buat pembaca sekalian:
kecanduan seksual
mesum masalah or bukan
Apa itu kecanduan seks?
Para ahli menyimpulkan bahwa kecanduan seksual adalah aktifitas seksual yang kemudian menjadi tak terkontrol. Kecanduan terhadap seks memaksa si 'penderita' untuk selalu mencari peluang dan bisa berhubungan seksual tiap saat, yang bisa berpengaruh terhadap diri sendiri, hubungan sosial dan lingkup pekerjaan.
Bagi Pria pecandu seks, hal ini dapat mendatangkan ‘malapetaka’ bagi dirinya sendiri, apalagi bila tidak disertai pikiran yang dewasa. Masalahnya pecandu seks umumnya merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Kebanyakan dari Pecandu seks akan menyangkal jika ada yang mengatakan dirinya bermasalah. Alasan yang ‘pintar’pun kerap terucap dari pecandu seks, jika pada mereka ditanyakan alasan mengapa baginya seks adalah segalanya.
Kecanduan seks bentuknya bisa macam-macam, tapi pada umumnya berupa perilaku di luar kontrol. Perilaku tersebut misalnya :
- Menyukai hal-hal berbau pornografi secara berlebihan
- Ekshibisionis dan sejenisnya
- Terlalu sering masturbasi
- Suka Telepon atau internet seks
- Affair yang dilakukan dengan banyak orang
- Seks beresiko (high risk sex)
Seks dapat menjadi satu 'ketergantungan' sama halnya saat Anda tergantung pada alkohol dan minuman keras lainnya. Selama melakukan hubungan seks, tubuh kita menghasilkan satu reaksi kimia yang membuat kita merasa 'nyaman' dan tenang.
Beberapa orang menjadi kecanduan terhadap 'khasiat' dari reaksi kimia ini dan menjadi terobsesi untuk selalu mendapatkan sensasi seks yang lebih tinggi lagi. Dan tubuhpun terbiasa dengan reaksi kimia ini, sehingga para 'pecandu' itu selalu berusaha untuk mempertahankan kegiatan seksualnya, agar mendapatkan 'kondisi' yang telah terbiasa itu.
Bedanya pecandu seks dan penikmat seks, pecandu seringkali tidak peduli jika dirinya dalam bahaya saat ingin melakukan aksi seksualnya. Penikmat seks masih bisa berpikir ‘lurus’ dan mundur jika aksi seksualnya akan mendatangkan bahaya atau malu, baik pada dirinya ataupun pada pasangannya. Sedangkan pecandu akan jalan terus dan tidak peduli dengan konsekuensinya.
Sekitar 2-6 persen dari jumlah populasi penduduk dunia mengalami kecanduan seksual. Tapi bisa jadi kenyataannya lebih besar dari jumlah itu, mengingat para pencandu biasanya malu untuk mengakui keadaan dirinya dan tak punya keberanian mengunjungi dokter untuk mencari bantuan.
Batasan untuk yang mengidap ketagihan seks ini pun tidak terbatas usia, pekerjaan dan jenis kelamin. Sejak penggunaan internet semakin meluas, dimana layanan jasa berbau seks semakin murah dan mudah, para ahli memperkirakan para penderita pecandu seks semakin bertambah jumlahnya.
Dr. Patrick Carnes, salah satu ahli di bidang perlaku penyimpangan dan kecanduan seksual, mengatakan bahwa ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai tentang kecanduan seksual, yakni:
1. Merasa bahwa tindakan Anda mulai tak terkontrol
2. Kecenderungan untuk melakukan aktifitas seksual yang merusak / beresiko tinggi
4. Suka berfantasi seksual untuk memenuhi keinginan seksual yang tak bisa tercapai
5. Merasa tak mampu untuk menghentikan sikap kita, walaupun tahu tentang segala konsekuensi atas tindakan Anda tersebut
6. Selalu menginginkan aktifitas seksual yang lebih, minimal seperti yang pernah didapatnya atau malah lebih dari itu
7. Lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk memenuhi keinginan seksual dan segala hal seputar aktifitas seksual
8.. Lebih mementingkan aktifitas seksual diatas kebutuhan untuk bersosialisasi, urusan pekerjaan dan hiburan yang lainnya.
9. Selalu ingin melakukan hal-hal yang berbau seksual
Bagaimana Mengatasi
Jika Anda merasa memiliki perilaku seperti disebutkan di atas, yang pertama harus disadari adalah kecanduan seksual adalah masalah serius yang tidak akan hilang dengan sendirinya. Anda harus mendapatkan pengobatan atau terapi untuk menyembuhkannya.
Kebanyakan penderita merasa kesulitan untuk mengubah perilakunya sendiri. Anda mungkin bisa mengurangi kegiatan seksual untuk sementara, tetapi biasanya siklusnya akan semakin sering dan sulit untuk diputus. Jasa terapi dari para profesional bisa membantu Anda memahami apa yang terjadi dan menguatkan semangat Anda untuk mengubahnya menjadi kehidupan seksual yang lebih sehat.
Mengobati kecanduan seks, seperti kecanduan lainnya, sangat tergantung dari orang bersangkutan. Jika ia bisa menyadari bahwa perbuatannya salah dan ada kemauan untuk mengubahnya, pengobatan menjadi lebih mudah. Proses pengobatan bisa berupa serangkaian terapi mengenai kesehatan seksual, hubungan cinta yang sehat, pernikahan, atau mengikuti program support group. Terkadang obat-obatan tertentu, seperti Prozac atau Anafranil, diperlukan untuk menahan dorongan seksual yang berlebihan.
Jika pasangan Anda mengalami kecanduan seksual, hal ini adalah tantangan untuk Anda untuk membantunya mengubah perilakunya. Perlu Anda sadari juga bahwa tidak ada seorang pun yang bisa sembuh dari rasa ketagihan kecuali ia menerima bahwa dirinya punya masalah dan bertekad untuk berubah. Memiliki pasangan yang kecanduan seks memang berat dan membingungkan, tetapi bukan tak mungkin hal ini disembuhkan. Anda hanya perlu mendorongnya untuk berkonsultasi ke dokter.
btw karen gak ada linknya wa kasih link yang wa ambil aja yah sory http://www.indomp3z.us/archive/index.php/t-88816.html wkakakaka buat para pecandu lainnya yang setipe ama aku selamat berjuang , wa tau kok rasanya berat tapi dicoba dulu gak ada salahnya ngontrol diri, apalgi yang satu ini percaya deh klo udah lama bakal lebih gampang kok ngontrolnya kata orang jadi lebih ekspert yah....wakakakaka.... dan kesadarannya nanti bakal lebih seger...wakakakaka.... tapi gak tau lagi klo lari di sepupunya nih kecanduan namanya kecanduan romantisme .... no comment dah wakkaakakaka. Yah tau ndirilah terapis itu gak murah gak ada salahnya mencoba berkomitment dengan diri sendiri dan mencoba membatasi akses ke hal2 kayak gitu, buat pikiran kamu sibuk, lama2 juga gak kepikiran mungkin 2-5 hari awal hari berat tapi jangan kalah hanya dengan keinginan sesaat deh wkakakaaka.... coba cari apa yang salah dengan anda dan penuhilah kebutuhan anda yang kurang tersebut supaya anda tidak lari lagi kesini wkakkaakaka. Klo dipikir kecanduan romantisme jelas beda dengan kecanduan seks pada kecanduan seks akan menimbulkan rasa tenang dan nyaman.... yah klo wa alami sih kayak otak itu tiba2 jernih gitu padahal semenit sebelumnya stress abis, tapi pada kecanduan cinta kita merasakan rasa senang yang berlebih gitu , kayak meluap2 sih itu yang wa liat.
ada link nih isa jadi refrensi buat pembaca sekalian:
kecanduan seksual
mesum masalah or bukan
Subscribe to:
Posts (Atom)