Ini kisah menegenai bagaimana religius berhadapan dengan aturan agama. Kisah ini bermula dari dua orang biksu zen yaitu tanzan dan ekido, yang bertemu dengan seorang wanita muda yang memerlukan pertolongan untuk menyebrang sungai yang deras arusnya.Tanzan mengendong wanita itu hingga ke tepi seberang. Lalu kedua biksu tersebut melanjutkan perjalanan. Lewat setengah hari kemudian, Ekido yang tidak dapat lagi menahan dirinya, menegur temannya, " Engkau telah melanggar peraturan! Bukankah seorang biksu tidak boleh menyentuh wanita?" Tanzan menjawab, " Aku telah meninggalkan wanita itu segera setiba diseberang sungai. Tetapi mengapa engkau sendiri masih membawanya?" Yang mengendong wanita itu keseberang sungai tidak menyentuh dengan nafsu. Ia berlaku sopandan tidak terpengaruh olehnya. Sedangkan biksu yang satu lagi malah membawa nafsu sepanjang jalan.
Kita hrus menyadari, dengan mental apa kita melakukan sesuatu perbuatan? Religiositas ditandai dengan sikap moral yang luhur , ketulusan dan kepekaan yang membuat seseorang berkorban untuk mengekspresikan keimanannya terkait dengan tanggung jawab terhadap kehidupan, jangan dihubungkan deangan sikap permisif terhadap pelanggaran peraturan. Bagaimana seharusnya religiositas bukan sesuatu yang terpisah dari agama.`
dikutip dari WACANA BUDDHA-DHARMA karangan Krishnanda Wijaya-Mukti hal 55-56.